Khalid bin Walid ( Syaifullah Al - Maslul ) dilahirkan kira-kira 17
tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Banu Makhzum. Ayahnya
bernama Walid bin al-Mughirah yang memiliki jabatan sebagai kepala suku Bani Makhzum, suatu klan (bagian) dari suku Quraisy yang
menetap di Mekkah. Sedangkan ibu Khalid bernama Lubabah
binti al-Harith.
Setelah kelahirannya, sesuai dengan tradisi kaum Quraisy pada zaman itu,
Khalid dikirim ke sebuah suku Badui di gurun, dimana ibu angkat akan
merawatnya. Saat Khalid berumur 5 atau 6, dia dikembalikan ke orang tuanya di
Mekkah. Pada masa kanak-kanaknya, Khalid pernah mengalami serangan cacar
ringan, cacar tersebut hilang walaupun meninggalkan beberapa bopeng di pipi
kirinya.
Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah,
bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada
hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya
kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar.
Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali
dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah
salah seorang pemimpin yang paling
berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah
dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan
kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma
bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani
meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau
jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan
sekop sambil berteriak, "O, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat
baik terhadap rumahMu".
Selain dikenal sebagai Sahabat Nabi, beliau juga dikenal karena taktik
militernya dan kecakapan dalam bidang militer. Dia adalah salah satu dari
panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya,
selain itu Khalid juga memimpin pasukan Madinah dibawah kekuasaan Nabi Muhammad
dan juga penerusnya seperti Abu Bakar dan Umar Bin Khattab.
Khalid bin Walid (Khalid anak
al-Walid) berasal dari Suku Quraisy, klan yang
melawan Nabi Muhammad. Dia memiliki peran vital dalam kemenangan orang Mekkah
sewaktu Pertempuran Uhud melawan orang Muslim. Dia menjadi Mualaf dan
masuk Islam, bergabung bersama Muhammad setelah
terjadinya Perjanjian Hudaibiyyah serta berpartisipasi dalam berbagai
ekspedisi untuk Muhammad, seperti Pertempuran Mu'tah.
Ini merupakan pertempuran pertama antara orang Romawi dan Muslim. Khalid bin
Walid melaporkan bahwa pertempuran tersebut amatlah sengit sampai-sampai dia
menggunakan sembilan pedang, yang kesemuanya patah dalam pertempuran tersebut.
Pada pertempuran Mu'tah, Khalid ditunjuk untuk menjadi panglima perang
pengganti setelah ketiga panglima perang dalam Pertempuran Mu'tah yaitu Zaid bin Haritsah,
lalu Jafar bin Abi Talib,
lalu Abdullah bin Rawahah tewas terbunuh secara berurutan dalam
pertempuran yang sengit itu.
Pada saat yang genting itu, tampillah Khalid bin Walid, si Pedang Allah,
yang menyorot seluruh medan tempur yang luas itu, dengan kedua matanya
yang tajam. Diaturnya rencana dan langkah yang akan diambil secepat kilat,
kemudian membagi pasukannya kedalam kelompok-kelompok besar dalam suasana
perang berkecamuk terus. Setiap kelompok diberinya tugas sasaran masing-masing,
lalu dipergunakanlah seni Yudhanya yang membawa mukjizat, dengan kecerdikan
akalnya yang luar biasa, sehingga akhirnya ia berhasil membuka jalur luas diantara
pasukan Romawi. Dari jalur itulah seluruh pasukan Muslim menerobos dengan
selamat. Karena prestasinya dalam perang inilah Rasulullah menganugrahkan gelar
kepada Khalid bin Walid, “Si Pedang
Allah yang senantiasa terhunus”.
Setelah kematian Nabi Muhammad, Khalid memiliki peran yang penting dalam
memimpin pasukan Madina untuk Abu Bakar dalam Perang Riddah, selain itu
beliau juga berjasa dalam menaklukan pusat Arabia dan juga menundukkan
suku-suku Arab. Dia merebut Negara Satelit Arab Sasanid yaitu Al-Hirah, serta mengalahkan Pasukan Sassaniyah dalam penaklukan Irak (Mesopotamia). Dia nantinya
digeser ke front Barat untuk menaklukkan Suriah (provinsi Romawi) dan Negara Boneka Bizantium Arab yaitu Ghassanid.
Meskipun Umar Bin Khattab di zaman Khalifahnya memberhentikannya
sebagai panglima tertinggi pasukan muslim, namun ia tetap menjadi pemimpin yang
efektif dari pasukan yang tersusun untuk melawan Kekaisaran Byzantium selama tahap awal dari Peperangan Romawi Timur-Arab. Dibawah komandonya, Damaskus ditaklukan
pada tahun 634 dan kunci kemenangan Arab melawan pasukan Kekaisaran Byzantium
dicapai pada Pertempuran Yarmuk,(636) yang menyebabkan penaklukan Bilad
al-Sham (Levant). Pada tahun 638, di puncak-puncak
karirnya sebagai panglima perang, Khalid diberhentikan jabatannya.
Khalid dikatakan mengikuti
sekitar seratus pertempuran, baik pertempuran besar dan pertempuran kecil serta
duel tunggal, selama karier militernya ia tetap tak terkalahkan, ia diklaim
sebagai salah satu jenderal militer atau panglima perang terbaik dalam sejarah.
Komentar
Posting Komentar